PENGEMBANGAN METODE SOSIO-EXPO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN 4C DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
Pengembangan kurikulum 2013 revisi 2016
menuntut tercapainya kompetensi abad 21 yang terdiri dari Pengembangan Pendidikan
Karakter (PPK), keterampilan 4C (communication,
collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation), HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan
literasi. SMA Negeri 1 Girimarto mulai menerapkannya pada tahun pelajaran
2019/2020 ini di kelas X. Dalam kurikulum sebelumnya kegiatan inti pembelajaran
menerapkan kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi yang didalamnya
terintegrasi nilai karakter. Perbedaan antara kurikulum 2013 dengan kurikulum
2006 terdapat pada SKL dan sistem penilaian. Setelah menerapkan pembelajaran
kurikulum 2013 terdapat beberapa masalah yang dihadapi penulis untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Dalam pembelajaran tugas pertama yang
dilakukan guru adalah menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung terjadinya
perubahan tingkah laku peserta didik. Peserta didik kelas X yang baru mengalami
transformasi dari pola pembelajaran SMP kemudian harus menyesuaikan pola
pembelajaran SMA dengan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan student centered tentunya mengalami
kesulitan. Sosiologi
sebagai salah satu mata pelajaran cabang ilmu pengetahuan sosial yang membahas
dan mengajarkan kepada nilai-nilai kehidupan yang harus ada dan
terinternalisasi di dalam jiwa setiap individu agar dapat mewujudkan sikap dan
perilaku yang baik sehingga dapat menjadi individu yang berkualitas. Awalnya
sosiologi dianggap sebagai pelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik
karena mereka menganggap tidak ada materi hitungan. Padahal dalam mempelajari
sosiologi diperlukan kemampuan dalam menganalisis maupun mengevaluasi dalam
suatu konsep. Sesuai dengan pemberlakuan kurikulum 2013 diarahkan untuk
mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber atau melakukan observasi,
mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah. Di
samping itu pembelajaran diarahkan untuk melatih berpikir analitis dalam
pengambilan keputusan bukan berpikir mekanistis (rutin) serta mampu bekerja
sama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Tuntutan agar dalam rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat nilai-nilai karakter dan keterampilan 4C juga harus terlaksana dalam pembelajaran. Kesulitan yang dihadapi guru adalah menghasilkan peserta didik yang mampu berkomunikasi dengan baik dalam menyampaikan pemahamannya terhadap materi sosiologi. Apabila diberikan kesempatan untuk berdiskusi, belum semua anggota kelompok terlibat aktif ikut menyelesaikan masalah. Peserta didik yang berani menyampaikan pendapat hanya beberapa atau yang dianggap mampu dalam kelompoknya. Sepanjang pengamatan dalam pembelajaran 2 KD di awal semester hanya 2 peserta didik yang berani mengajukan pertanyaan. Saat penyajian hasil diskusi harapan guru terjadi interaksi komunikasi yang efektif antara kelompok penyaji dengan audience. Namun yang terjadi ketika penyaji menyampaikan hasil diskusinya, audience sibuk mempersiapkan presentasi hasil diskusi kelompoknya sendiri sedang yang sudah selesai presentasi tidak mau memperhatikan. Apabila diminta bertanya atau memberi umpan balik tidak ada yang tunjuk jari hanya satu atau dua anak yang mau melakukannya. Peserta didik belum dapat mengembangkan kreatifitas berfikirnya dalam menyelesaikan masalah sehingga muncul beberapa hasil diskusi hanya terpancang pada materi bacaan yang ada di dalam buku paket.
B.
Fokus Best Practice
Berdasarkan latar belakang masalah di atas
maka fokus kegiatan sebagai best practice adalah:
1.
Meningkatan keterampilan 4C (communication, collaboration, critical
thinking and problem solving, dan creativity
and innovation) melalui metode sosio-expo
dalam pembelajaran sosiologi;
2.
Meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui penerapan metode sosio-expo dalam pembelajaran sosiologi.
C.
Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah:
1.
Untuk meningkatkan keterampilan 4C (communication,
collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation) melalui
metode sosio-expo dalam pembelajaran
sosiologi;
2.
Untuk meningkatkan hasil belajar sosiologi melalui penerapan metode sosio-expo dalam pembelajaran sosiologi.
D.
Manfaat
1.
Manfaat untuk Guru
a.
Mendapatkan pengalaman dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam
pembelajaran sosiologi.
b.
Meningkatkan profesionalisme guru.
c.
Menambah referensi metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi
yang akan dicapai.
d.
Mampu mengelola pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan 4C
pada peserta didik.
2.
Manfaat untuk Peserta didik
a.
Peserta didik menjadi berani berpendapatan atau berargumen secara
terarah.
b.
Memanfaatkan diskusi kelompok untuk memahami materi, dapat menanyakan
apa yang tidak dimengerti, menemukan hal-hal baru dan bertukar informasi.
c.
Mampu menganalisis suatu masalah yang disajikan dan berani mengambil
keputusan.
d.
Mampu menyumbangkan ide/gagasan dalam menyelesaikan masalah bahkan
terampil dalam menyajikan hasil diskusi.
e.
Hasil belajar sosiologi dapat meningkat.
3.
Manfaat untuk Sekolah
a.
Berhasil meningkatkan kompetensi guru.
b.
Memiliki peserta didik yang terampil dengan keterampilan 4C.
c.
Prestasi hasil belajar peserta didik meningkat.
4.
Manfaat untuk Masyarakat
Peserta didik yang memiliki keterampilan 4C dan terampil menerapkannya
akan mampu membawa diri dan berperan aktif di masyarakat.
BAB II
PELAKSANAAN
A. Deskripsi dan Ruang Lingkup Best
Practice
Menurut Muhammad Rohman dan Sofan (2013),
metode dalam kaitannya dengan pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara
menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan. Berarti dibutuhkan keterampilan guru untuk memilih metode
yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Pemilihan metode terkait langsung
dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pembelajaran yang sesuai dengan
situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan diperoleh secara optimal.
Pengembangan Kurikulum 2013 revisi 2016 ini
diharapkan dalam pelaksanaannya dapat memenuhi pencapaian kompetensi abad 21
yang memuat kemampuan belajar dan berinovasi, literasi digital, kecakapan hidup
dalam keterampilan 4C (communication,
collaboration, critical thinking and problem solving, dan creativity and innovation) dan
pengembangan karakter. Menurut Standar Isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 bahwa untuk memenuhi kebutuhan masa depan
dan
menyongsong Generasi Emas Indonesia Tahun
2045, telah ditetapkan Standar Kompetensi Lulusan yang berbasis pada Kompetensi Abad XXI, Bonus Demografi Indonesia, dan Potensi
Indonesia menjadi Kelompok 7 Negara Ekonomi Terbesar Dunia, dan sekaligus
memperkuat kontribusi Indonesia terhadap pembangunan peradaban dunia.
Keberhasilan pencapaian cita-cita tersebut sangat bergantung pada pendidik yang
memegang amanah untuk membentuk generasi yang berkompeten.
Dalam amanah tersebut tentunya akan
dijalankan bertahap sambil dilakukan evaluasi setelah pelaksanaanya. Salah
satunya dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus
terintegrasi pendidikan pengembangan karakter (PPK) dan keterampilan 4C. Out put dari RPP tentunya tidak hanya sebatas
dilaksanakan sesuai yang tertulis didalamnya akan tetapi juga terdapat perubahan perilaku dari peserta
didik setelah mengikuti pembelajaran. Penulis selaku salah satu pemegang amanah
itu juga harus berfikir bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikan
pembelajaran dengan metode yang mampu membawa peserta didik menguasai semua
kompetensi dasar yang ditentukan dan juga memiliki keterampilan dan sikap yang
sesuai dengan harapan bangsa. Metode yang telah dipertimbangkan sesuai dengan
pembelajaran sosiologi dan juga mampu meningkatkan keterampilan 4C adalah
metode sosio-expo.
Metode Sosio-Expo
merupakan pengembangan dari metode diskusi kelompok. Kegiatan diskusi kelompok
merupakan kegiatan belajar yang melibatkan lebih dari satu individu untuk
memecahkan suatu masalah. Dalam pembelajaran, Aqib (2014) mengatakan metode
diskusi merupakan interaksi antara peserta didik dengan peserta didik atau peserta
didik dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali, mendebatkan
topik atau permasalahan tertentu. Setiap model pembelajaran yang digunakan
untuk mengorganisasikan pengalaman belajar agar diperoleh tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai tidak pernah lepas dari metode diskusi. Model-model
pembelajaran yang diterapkan memiliki inti kegiatan yang sama apabila ditarik
garis besarnya yaitu pengenalan masalah, pemecahan masalah dan penyampaian
hasil. Dalam penyampaian hasil atau mengkomunikasikan hasil penyelesaian
masalah umumnya hanya disampaikan melalui presentasi di depan kelas sehingga
ini tidak ada bedanya dengan peserta didik mengikuti ceramah guru di depan
kelas. Hal ini membuat peserta didik cepat jenuh dan tujuan dari
mengkomunikasikan hasil yaitu memancing peserta didik untuk berpikir kritis
banyak gagalnya karena yang bertanya atau merespon hanya peserta didik yang
sama (peserta didik pandai dan berani bicara).
Adapun salah satu solusi yang menjembatani
hal tersebut dan tentunya memiliki kelebihan dibandingkan metode presentasi
biasa adalah dengan metode expo
(pameran hasil). Langkah-langkah model pembelajaran yang digunakan sesuai
sintaks yang ada namun dalam mengkomunikan hasil divariasikan dengan metode expo yaitu dengan memamerkan hasil diskusinya
tentunya melalui media yang sudah disiapkan dan dibuat menarik dalam setiap
kelompok. Kemudian dalam setiap kelompok misalkan terdiri dari 5 anggota yang 2
orang sebagai penjaga stand dan
sisanya sebagai pengunjung stand ke
kelompok lain. Aturan main metode tersebut setiap pengunjung wajib mengajukan
pertanyaan kepada penjaga stand yang
dikunjungi demikian juga penjaga stand wajib menjelaskan secara detail
pertanyaan yang diajukan pengunjung tentunya pertanyaan juga harus berfokus
pada materi yang dipelajari. Peran guru di sini adalah sebagai pengamat dan
membuat catatan-catatan jika ada yang miskonsepsi dari yang disampaikan peserta
didik atau pertanyaan yang belum terjawab oleh peserta didik yang nantinya
digunakan untuk evaluasi dan diberikan umpan balik.
Ruang lingkup dari kegiatan ini adalah pembelajaran sosiologi kelas X
mulai penerapan pada Kompetensi Dasar (KD) 3.3 dan 4.3. Untuk memfokuskan
analisis hasil maka sampel yang digunakan adalah kelas X IPS 2 SMA Negeri 1
Girimarto. Sosiologi merupakan mata pelajaran peminatan program IPS. Untuk
sekolah kami terdapat 3 kelas program IPS. Penulis sekaligus sebagai pengampu
mata pelajaran sosiologi telah mengamati dari ketiga kelas tersebut yang
peserta didiknya pasiv belum berani mengemukakan pendapat secara terbuka yaitu
kelas X IPS 2. Untuk itu hasil yang penulis analisis pada kesempatan ini adalah
hasil pembelajaran kelas X IPS 2. Jumlah peserta didik kelas X IPS 2 terdapat
22 peserta didik terdiri 6 laki-laki dan 16 perempuan.
B.
Langkah-langkah Pelaksanaan Best
Practice
Pelaksananaan metode Sosio-Expo dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
1.
Guru membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-6 peserta didik.
2.
Setiap kelompok diberikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) yang berisi
permasalahan yang harus didiskusikan oleh setiap kelompok.
3.
Saat diskusi, guru mengamati jalannya diskusi per kelompok dan mengamati
setiap tindakan peserta didik dan menuliskan hasil pada lembar pengamatan.
(Format Lembar Pengamatan terlampir pada Lampiran a sudah disiapkan sebelumnya.
4.
Setiap kelompok membagi anggotanya dengan 2 anggota menjadi penjaga stand expo dan sisanya sebagai
pengunjung stand.
5.
Pengunjung stand wajib
menyiapkan pertanyaan untuk ditanyakan pada penjaga-penjaga stand yang dikunjungi dan tentunya
penjaga stand juga harus menguasai
materi untuk menjawab pertanyaan pengunjung.
6.
Selama kunjungan stand, guru
mengamati/mendokumentasi kegiatan komunikasi antar pengunjung dan penjaga stand, mencatat hal-hal penting terutama
kesalahan dalam penjelasan konsep yang selanjutnya dievaluasi bersama.
C.
Hasil yang Dicapai
Pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode sosio-expo
dimulai dengan melakukan perencanaan. Metode sosio-expo mulai diterapkan pada pembelajaran KD 3.3 dan KD 4.3. KD
3.3 Menerapkan konsep-konsep dasar Sosiologi untuk memahami ragam gejala sosial
di masyarakat. KD 4.3 Mengaitkan realitas sosial dengan menggunakan
konsep-konsep dasar Sosiologi untuk mengenali berbagai gejala sosial di
masyarakat. Hal ini dikarenakan pada pertemuan dua kompetensi dasar sebelumnya
masih awal penerapan K-13 belum dapat mengevaluasi kelebihan dan kelemahan
metode pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran Sosiologi pada semester 1
tahun pelajaran 2017/2018 dalam satu pertemuan ada 3jp (3 x 45 menit).
Penilaian
yang digunakan agar sesuai dengan indikator kompetensi, untuk penilaian
pengetahuan digunakan tes tertulis sedangkan penilaian keterampilan digunakan
unjuk kerja. Adapun indikator unjuk kerja yang dinilai adalah kemampuan
berkomunikasi, kemampuan berkolaborasi, kemampuan menyumbangkan ide/gagasan,
kreativitas dalam penyajian hasil.
Penilaian proyek model komik expo ini merupakan kegatan
penilaian autentik terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan
dan penyajian data. Penilaian proyek komik expo ini digunakan untuk mengetahui
pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik .
Penilaian yang digunakan agar sesuai dengan indikator
kompetensi, untuk penilaian pengetahuan digunakan tes tertulis sedangkan
penilaian keterampilan digunakan unjuk kerja dan proyek berupa komik bercerita
berbasis local wisdom. Adapun indikator unjuk kerja yang dinilai adalah
kemampuan berkomunikasi, kemampuan berkolaborasi, kemampuan menyumbangkan
ide/gagasan, kreativitas dalam penyajian hasil. Penilaian proyek merupakan
kegiatan penilaian terhadap tugas proyek kelompok membuat komik expo pada
materi gejala sosial yang harus diselesaikan dalam kurun waktu tertentu yang
mencakup didalamnya adalah proses penyusunan rencana proyek, menyusun jadwal
proyek, proses pengerjaan proyek, laporan proyek dan menguji produk yang dihasilkan
peserta didik dari tugas proyek. Penilaian ketiga sebagai refleksi dari
aktivitas dan hasil pengerjaan proyek yaitu dilaksanakan presentasi produk
dengan cara digelar secara expo (pameran) setiap kelompok
Hasil
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode Sosio-expo dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Setelah guru menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran, kemudian mengatur
peserta didik untuk berkelompok yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang
heterogen.
2.
Guru membagikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) kepada setiap
kelompok. Guru memberikan penjelasan tentang apa saja yang harus dikerjakan
oleh kelompok. Guru memberikan ulasan point materi yang harus dikembangkan oleh
peserta didik. Guru menunjukan buku referensi yang digunakan yaitu Buku
Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X, pengarang Kun Maryati dan Juju Suryawati,
penerbit Erlangga. Selain itu dapat juga membuka
www.zenius.net/cg/1558/perilaku-menyimpang.
3.
Pada saat peserta didik berdiskusi, guru mengamati jalannya diskusi
sambil melakukan penilaian observasi unjuk kerja. Peserta didik yang belum
dapat fokus dalam diskusi diarahkan dengan meminta semua anggota kelompok untuk
menyumbangkan ide atau melakukan brainstorming. Alokasi waktu yang diberikan
untuk diskusi sekitar 45 menit.
4.
Setelah semua masalah yang disajikan dalam LKPD ditanggapi, maka
selanjutnya menyajikan hasil dengan menempelkan pada papan expo yang sudah disiapkan sebelumnya. Setiap kelompok diminta
menata dengan kreatif dan menarik agar diminati pengunjung dan mudah terbaca
pengunjung.
5.
Guru memberikan komando kepada semua kelompok untuk bersiap dengan peran
masing-masing. Anggota kelompok penjaga stand
berdiri di meja stand dan bersiap
menerima pengunjung. Sedangkan sisa anggota kelompoknya menyebar ke kelompok
lain melakukan kunjungan. Satu persatu pengunjung bertanya kepada penjaga stand. Pertanyaan yang disampaikan
diantaranya:
a.
Gejala sosial apa yang terjadi pada gambar ini? (pengunjung menunjuk
gambar yang ada papan pameran)
b.
Apa yang menjadi penyebab gejala sosial tersebut?
c.
Bagaimana solusi yang baik untuk mengatasi gejala sosial tersebut?
d.
Bagaimana mengatasi terjadinya penyimpangan sosial?
Kemudian penjaga stand menjelaskan berdasarkan pada materi yang telah dipelajari.
Antar penjaga stand dengan pengunjung
dapat beradu argumen. Guru mengamati jalannya kunjungan stand dan menuliskan point-point yang ditanyakan oleh pengunjung
dan jawaban penjaga stand agar
nantinya dapat menjadi bahan evaluasi. Waktu yang diberikan untuk kunjungan stand sekitar 30 menit.
6.
Pengunjung kembali ke kelompok masing-masing. Kemudian kembali
mendiskusikan hasil dari kunjungan dan mencocokkan jawaban masalah yang telah
dikerjakan kelompok sendiri dengan jawaban dari penjaga stand kelompok lain. Apabila terjadi perbedaan pendapat maka akan
ditanyakan kepada guru untuk dibahas bersama-sama.
7.
Setelah selesai diskusi dan mengevaluasi bersama kemudian disimpulkan
bersama-sama. Untuk mengukur ketercapaian pengetahuan kognitif makan dilakukan
tes akhir dengan alokasi waktu 15 menit. Setelah dievaluasi, peserta didik yang
belum memenuhi 70% benar sebagai nilai batas tuntas diberikan tindak lanjut
untuk menuliskan diary belajar di
rumah pada materi yang belum dikuasai. Sedangkan peserta didik yang sudah
melampaui batas tuntas diberikan tindak lanjut menuliskan diary belajar di rumah untuk materi yang akan dipelajari
selanjutnya. Tindak lanjut dengan menuliskan diary dengan tujuan melatih kejujuran dan konsistensi peserta didik
untuk belajar di rumah.
Hasil
pengamatan (observasi) penilaian keterampilan berbasis 4C dalam pembelajaran
sosiologi pada KD 3.3/4.3 melalui metode sosio-expo
seperti disajikan Tabel 1.1 berikut:
Tabel
1.1 Perbandingan Hasil Pengamatan Penilaian Keterampilan 4C
Kriteria Unjuk Kerja |
Kriteria 1 (%) |
Kriteria 2 (%) |
Kriteria 3 (%) |
Kriteria 4 (%) |
Kriteria 5 (%) |
Kriteria 6 (%) |
Kriteria 7 (%) |
Kriteria 8 (%) |
Pengamatan 1 |
98 |
92 |
85 |
80 |
97 |
84 |
77 |
93 |
Pengamatan 2 |
99 |
94 |
92 |
85 |
98 |
90 |
82 |
93 |
Hasil yang
diperoleh dalam dua kali pengamatan bahwa komunikasi dapat meningkat. Menurut I
Nyoman S dan Olga D P (2014), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan
berkomunikasi verbal maupun non verbal yang mampu mengarahkan aktivitas dan
keingintahuan peserta didik dalam upaya memperdalam dan memperkaya materi yang
dipelajari, terjadi kerja sama yang konstruktif dan mendorong interaksi
edukatif dalam kelas. Keterampilan komunikasi tidak hanya dilihat peserta didik
berani bertanya, akan tetapi juga dilihat kemampuan anak bertanya dan menjawab
secara lisan dengan materi yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dari
kondisi awal peserta didik jika diminta bertanya tidak ada yang bertanya, maka
melalui metode ini mengalami peningkatan luar biasa. Pengamatan keterampilan
berkomunikasi diwakili pada Kriteria Unjuk Kerja 2 dapat dianalisis terjadi
peningkatan sangat signifikan dari kondisi awal, pengamatan 1 dan pengamatan 2.
Keterampilan
berkolaborasi dapat dilihat dari hasil pengamatan kriteria unjuk kerja 1 dan 5.
Kriteria 1 menunjukkan kemampuan bekerja sama dalam kelompok, hampir semua
anggota kelompok berperan aktif dalam bekerja sama. Untuk kriteria 5 kemampuan
dalam menghargai ide/gagasan anggota kelompok lain, hasil belum dapat maksimal
karena dari pengamatan penulis mereka yang lebih kompeten kurang begitu percaya
dengan pendapat anggota lain.
Kemampuan
berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah dapat dilihat hasilnya dari
pengamatan unjuk kerja kriteria 3, 4 dan 6. Kriteria 3 mengamati kemampuan
mengajukan pertanyaan secara lisan. Kriteria 4 mengamati kemampuan menjawab
pertanyaan secara lisan. Kriteria 6 menunjukkan pemecahan masalah. Menurut Siti
Zubaidah (2016), berpikir kritis dapat diartikan sebagai proses dan kemampuan
yang digunakan untuk memahami konsep, menerapkan, mensintesis dan mengevaluasi
informasi yang diperoleh atau informasi yang dihasilkan. Penilaian ini
merupakan bagian tersulit dari keterampilan 4C namun penulis membatasi dari
keterampilan berani menyampaikan pertanyaan secara lisan dengan tepat dan runtut
serta dapat menjawab pertanyaan dengan benar selain itu keterampilan
penyelesaian masalah dengan kriteria mampu
memfokuskan pertanyaan dan mengidentifikasi masalah, mencari sumber yang
relevan, menggunakan strategi/teknik penyelesaian masalah dan menyimpulkan.
Hasil pengamatan
keterampilan berpikir kreatif dan inovatif dapat dilihat pada kriteria 7 dan 8.
Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental
untuk membuat hubungan-hubungan yang terus-menerus sehingga ditemukan kombinasi
yang benar. Pada penilaian ini yang dinilai adalah kemampuan peserta didik
menghasilkan banyak gagasan original dan berdasar dari berbagai sumber yang
relevan serta mampu menggeneralisasikan detail-detail pemecahan masalah sesuai
dengan tujuan/pertanyaan. Kelemahan untuk mendukung keterampilan ini adalah
terbatasnya referensi yang dimiliki peserta didik.
Keterampilan yang
dimiliki peserta didik juga mampu menunjang kompetensi pengetahuan peserta
didik. Metode sosio-expo dapat
melatih dan selanjutnya meningkatkan keterampilan 4C peserta didik. Karena
keterlibatan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran sosiologi maka
mereka memiliki pengalaman dalam mengolah dan menalar materi sendiri sehingga
dapat terbukti nilai pengetahuan dapat meningkat seperti disajikan Tabel 1.2
berikut.
Tabel 1.2 Hasil
Penilaian Tes Pengetahuan
Penilaian Pengetahuan |
Tes 1 |
Tes 2 |
Rata-rata kelas |
77,05 |
82,18 |
Nilai Maksimal |
95 |
96 |
Nilai Minimal |
70 |
70 |
D.
Nilai Penting dan Kebaruan Best
Practice yang telah dilaksanakan
Nilai
penting pada penerapan metode sosio-expo ini
adalah metode ini berhasil dalam menggali keterampilan 4C (communication, collaboration, critical thinking and problem solving, dan
creativity and innovation) pada
peserta didik dalam satu kegiatan pembelajaran. Kegiatan komunikasi (communication) dapat teramati pada saat diskusi yang dilanjutkan
dengan expo dengan indikator
keberhasilan, peserta didik mampu menyumbangkan ide/gagasan/komentar dengan
baik, runtut dan benar. Kemampuan berkolaborasi (collaboration) dapat teramati dari kemampuan menghargai dan juga
mau barbagi ide, gagasan atau komentar yang disampaikan pada anggota
kelompoknya. Kemampuan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah (critical thinking and problem solving)
teramati dari kemampuan mengajukan beberapa pertanyaan kritis dan mampu menjawab
pertanyaan sesuai dengan sumber yang relevan. Keterampilan berpikir kreatif dan
inovatif dapat terlihat dalam memecahkan masalah dengan beberapa sumber dan
mengemasnya dengan pernyataan yang berbeda. Kelompok yang mampu menyimpulkan
hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan merupakan kelompok yang anggotanya
sudah terampil dalam menerapkan keterampilan 4C.
Metode sosio-expo ini merupakan metode yang baru dikembangkan penulis dalam pembelajaran sosiologi dan sepanjang penelusuran referensi belum pernah ada yang menerapkannya. Metode ini merupakan pengembangan dari metode diskusi berbasis proyek berupa komik karena bertujuan untuk meningkatkan keterampilan 4C maka dikemas dalam bentuk expo atau pameran. Seperti kegiatan pameran yang sesungguhnya maka akan terjadi interaksi antara pengunjung dan penjaga stand. Interaksi tersebut tak lepas dari kegiatan komunikasi, memancing peserta untuk berpikir kritis, kreatif dan mampu memecahkan masalah. Untuk itu metode ini sesuai dengan amanah kurikulum 2013 revisi 2016 untuk mewujudkan kompentensi abad 21 yang diantaranya keterampilan 4C.
E.
Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat
1.
Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran sosiologi dengan menggunakan
metode sosio-expo tidak lepas karena
adanya beberapa faktor pendukung antara lain:
a.
Peserta didik lebih antusias/termotivasi karena suasana belajar menjadi
menyenangkan tidak statis ditempat
duduk.
b.
Alat dan bahan ajar mudah diperoleh.
c.
Pembuatan alat dan bahan ajar tidak rumit.
d.
Tidak memerlukan ruang khusus.
e.
Alokasi waktu dapat diatur.
2.
Beberapa hal yang menjadi penghambat berjalannya metode sosio-expo adalah:
a.
Sumber referensi cetak seperti buku yang dimiliki peserta didik
terbatas.
b.
Peserta didik belum dapat fokus mencari materi yang diperlukan jika
menggunakan sumber refensi internet.
c. Pengalaman berpikir kreatif yang masih kurang sehingga jawaban-jawaban penyelesaian masalah kurang variatif.
F.
Tindak Lanjut
Kelemahan-kelemahan yang menjadi penghambat
tidak menjadikan penulis menghentikan penerapan
metode sosio-expo dalam
pembelajaran sosiologi. Sesuai karakter materi sosiologi dibutuhkan kemampuan
analisis terhadap ragam fenomena/gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat
maka hasil dari penerapan metode sosio-expo
yaitu peningkatkan keterampilan 4C dapat dijadikan modal pada pembelajaran
materi selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
1.
Penerapan metode sosio-expo
dalam pembelajaran sosiologi mampu meningkatkan keterampilan 4C (communication, collaboration, critical
thinking and problem solving, dan creativity
and innovation).
2.
Hasil belajar dapat meningkat melalui penerapan metode sosio-expo dalam pembelajaran sosiologi.
B.
Saran
Metode
sosio-expo dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan 4C dalam pembelajaran sosiologi, maka harapan penulis
metode ini dapat disosialisasikan dan diterapkan oleh guru di sekolah lain atau
pada mata pelajaran lain.
________.
2016. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21
Tahun 2016 tentang Standar Isi. Jakarta: Kemendikbud.
________.
2016. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2016 tentang Standar Penilaian. Jakarta: Kemendikbud.
Ambar
Pangaribowosakti, 2014 Implementasi Pembelajaran Terpadu Tipe Shared Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Motivasi Belajar Siswa SMK Pada
Topik Limbah Di Lingkungan Kerja Universitas Pendidikan Indonesia.
www.repository.upi.edu /perpustakaan.upi.edu.
Azhari.
(2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Siswa Melalui Pendekatan Konstruktivisme Di Kelas VII Sekolag
Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Banyuasin III. Jurnal Pendidikan Matematika.
Vol. 7, No.2.
I
Nyoman Surna dan Olga D P. 2014. Psikologi
Pendidikan 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Munandar, U. 2009. Perkembangan Kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nur
Irwanto dan Yusuf Suryana. 2016. Kompetensi
Pedagogik. Surabaya: Genta Group Production.
Siti
Zubaidah. 2016. Keterampilan Abad 21: Keterampilan yang diajarkan melalui
pembelajaran. Makalah Seminar Nasional Pendidikan pada tanggal 10 Desember
2016. Diambil dari: https://www.researchgate.net/publication/318013627.
LAMPIRAN :
Foto-Foto Kegiatan Pelaksanaan Pembelajaran Sosiologi Menggunakan Metode Sosio-Expo
0 Response to "PENGEMBANGAN METODE SOSIO-EXPO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN 4C DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI"
Posting Komentar