-->

Sebaran Data Stigma Sosial Selama Wabah COVID-19



www.mgmpsosiologijateng.com - Tulisan ini mencoba menyajikan sebaran data stigma sosial selama wabah COVID-19. Data stigma sosial yang dimaksud dalam hal ini adalah menghubungkan seseorang dengan penyakit tertentu hingga memperlakukan secara diskriminatif.

Data sebaran stigma sosial ini berasal dari data sekunder berita media online. Waktu pengambilan data dilakukan pada tanggal 10 s.d 11 April 2020. Adapun instrumen yang digunakan adalah search engine google untuk penelusuran sebaran data yang ada di media online. Sebaran data stigma sosial selama wabah virus covid-19 ini diolah berdasarkan cuplikan ragam berita. Kemudian data diklasifikasikan sesuai dengan kedekatan isi dan tema. Dan setiap data yang tersaji, disertakan sumbernya.

Berdasarkan klasifikasi dan olah data sebaran yang ada, ditemukan tiga temuan diantaranya tentang sasaran stigma sosial, bentuk stigma sosial, dan dampak stigma sosial. Pertama, stigma sosial selama wabah covid 19 telah menyasar kepada beberapa kelompok diantaranya tenaga medis, ODP, PDP, pemudik, pedagang, pekerja migran, dan jenazah covid-19. Kedua, tiap-tiap kelompok sasaran tersebut mendapatkan perlakuan stigma sosial yang beragam dan berbeda-beda. Bentuk perlakukan stigma sosial tersebut diantaranya pelecehan dan kekerasan seksual, pengusiran dan pengucilan paramedis dan ODP-PDP, dan penolakan jezanah korban covid-19. Ketiga, stigma sosial wabah covid-19 telah berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Bentuk pengaruh tersebut adalah pengucilan desa dan sabotase produk-produk dari desa yang anggota masyarakatnya terkena wabah covid-19.

Untuk diskusi lebih lanjut, berikut adalah cuplikan sebaran data stigma sosial yang ada di media online selama dua hari.

1. Imbas Stigma Corona Rugikan Warganya

Salah satu kasus yang menimpa warganya yang berprofesi sebagai penjual kerupuk keliling, sejak ada berita warga waru positif corona, dagangan krupuknya tidak laku sama sekali setiap keliling ke kampung yang lain. Pembeli tidak mau membeli kerupuk karena takut tertular corona padahal yang bersangkutan baik-baik saja.

Sumber: Kades Waru Curhat, Imbas Stigma Corona Rugikan Warganya

2. Di Email Dr. Tirta Penuh Curhatan stigma Covid-19

“Banyak cerita masuk ke email saya, tenaga medis dijauhi, mendapat stigma negatif karena melawan covid. Stress, pressure, sampe ada yg menangis di rumah tiap pulang. Ada penderita baru ODP, dan PDP, dikucilkan, kaya dianggep aib,” tulis dr Tirta seperti dikutip dari Instagramnya, Rabu (1/4/2020).

Sumber: Banyak Pasien Corona Dapat Stigma Buruk, Dr Tirta: Lawan Virusnya Bukan Orangnya

3. Stigma Negatif Pekerja Migran

Stigma negatif masyarakat terhadap Pekerja Migran Indonesia yang pulang ke Bali dari luar negeri merupakan bentuk aksi-reaksi yang berlebihan karena minimnya edukasi soal pandemi corona.

Sumber: Stigma Negatif Pekerja Migran

4. Pelecehan dan kekerasan seksual Saat Diagnosa covid-19

Pelecehan dan kekerasan seksual yang dikeluhkan antara lain diminta telanjang dan dipegang organ-organ tubuh vitalnya dengan alasan pemeriksaan anatomi tubuh. Tindakan yang tidak sesuai dengan etika ini kadang disertai ancaman bahwa mereka bisa dinyatakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Studi Solidaritas Perempuan dan CARAM Asia (2006) menunjukkan beberapa kasus pekerja migran Indonesia yang dipaksa untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS dengan cara-cara yang melanggar hak privasi.

Sumber: Stigma karena Corona

5. Terintimidasi karena ODP

"Panik karena teman-teman semua hampir telepon. Bahkan keluarga saya, terus sampai tetangga juga pada tanya. 'Kok itu Zulkifli kena corona diam-diam saja kan, takutnya yang lain kena'," ucap ZA saat menirukan ucapan orang lain. "Saya sedih sih sebenarnya, sudah orangtua saya enggak ada, tinggal sama kakak, digituin lagi. Padahal kan status saya ODP bukan positif corona," kata dia.

Sumber: Data Pribadi Tersebar, ODP Asal Bogor Ini Mendapat Stigma Masyarakat

6. Dokter dan Perawat Banjir Stigma Negatif

"Tadi Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Pak Harif Fadhillah bilang perawat (dan sejumlah dokter) mulai jadi sasaran stigmatisasi warga," ungkapnya.

"Beberapa cerita masuk soal upaya pengusiran oleh tetangga karena dianggap jadi pembawa virus. Bahkan anak-anaknya jadi sasaran," lanjutnya.

"Iya saya dapat laporan seperti itu (tenaga medis mendapat stigma negatif dari masyarakat), rupanya masyarakat takut petugas kesehatan tertular," kata Daeng, Selasa (24/3).

"Wah, iki kowe jelas-jelas positif (ini kamu jelas-jelas positif)." kata perekam, disusul suara tawa, menganggapnya hanya guyonan.

"Video itu dibikin (buat) bercandaan, 'wah iki kowe jelas-jelas positif (ini kamu jelas-jelas positif)'. Padahal bukan positif, maksudnya dia bercanda," kata Puguh.

"Saya sampai mengatakan akan sujud itu karena kami sudah imbau berkali-kali tapi mereka tetap duduk. Bahkan, ada yang tertawa saat kami menyampaikan imbauan," ungkap Kapolres Kubu Raya AKBP Yani Permana.


7. Dokter dan Perawat Pasien Corona yang Diusir dari Kos

Tenaga medis pasien Corona atau Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, yang ditolak pulang oleh tetangga mereka.
Sumber: Dokter dan Perawat Pasien Corona yang Diusir dari Kos Telah Difasilitasi Tempat Tinggal

"Sudah tidak boleh tinggal di kos sejak 2 hari lalu. Sekarang dia tak punya tempat tinggal, sehingga terpaksa menginap di RS Persahabatan,” kata Harif, Rabu (25/3/2020).
Sumber: Perawat Corona Diusir dari Kos, Pemerintah Didesak Carikan Rumah Sementara

Tenaga medis yang sedang menangani pasien Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, yang ditolak pulang ke indekos oleh tetangga mereka.
Sumber: Dokter dan Perawat yang Diusir dari Indekos Sudah Diberi Tempat Tinggal

8. Tenaga Medis Dikucilkan Warga

"Ada laporan ke kami bahwa ada perawat yang tidak bisa memperpanjang kosnya," kata Widodo kepada

Sumber: Tangani Covid-19, Tenaga Medis di Yogya Dikucilkan Warga
Sumber: Tangani Corona, Tenaga Medis di Yogya Dikucilkan Masyarakat
Sumber: Sri Sultan Prihatin Tenaga Medis Covid-19 Ditolak Pulang ke Rumah oleh Warga

9. Paramedis ditolak pulang kos, pasien negatif pascaisolasi ditolak pulang 

Ada beberapa di antara perawat (paramedis), terutama yang masih kos ditolak oleh pemilik kos maupun warga setempat ketika ia kembali lantaran pernah diisolasi.

"Saya mendapat beberapa laporan tentang ini ada beberapa di antara mereka yang tidak diterima pulang ke rumahnya oleh warga kampungnya."

Sumber: Sempat Diisolasi di RS, Sejumlah Petugas Medis Ditolak Warga saat Pulang meski Negatif Corona

"Benar ada beberapa tenaga medis yang melapor ke kita, terutama mereka yang merawat pasien COVID-19 dan masih lajang. Itu diminta untuk tidak pulang ke rumah (tempat kos),” kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, Safrizal Rahman, pada kumparan Selasa (7/4).
Sumber: Tim Medis yang Tangani Pasien Corona di Aceh Ditolak Warga Pulang ke Tempat Kos

10. Penolakan Jenazah Pasien Corona

Di Banyumas, Jawa Tengah (Jateng), jenazah pasien positif corona tiga kali ditolak warga ketika hendak dimakamkan.  Di Bandar Lampung, kasus serupa juga terjadi atas pasien positif Corona. Jenazah pasien dengan inisial 02 ini ditolak dua kali oleh warga saat dimakamkan. Di Sulawesi Selatan hal serupa terjadi. Ambulance berisi jenazah pasien Corona dihadang warga dan akhirnya harus kembali ke rumah sakit.
Sumber: Penolakan Jenazah Pasien Corona

Peristiwa penolakan itu terjadi pagi tadi. Namun, setelah mendapat penjelasan, pihak keluarga akhirnya menerima jenazah dimakamkan di TPU Tegal Alur.
Lokasi Sempat Ditolak Keluarga, Jenazah COVID-19 Dimakamkan di TPU Tegal Alur
Sumber: Ditolak warga

"Terpaksa jenazah perawat NK dikembalikan ke kamar jenazah RSUP Dr. Kariadi," kata Fadhillah, Jumat (10/4/2020)
Sumber: Kronologi Penolakan Jenazah Perawat Corona COVID-19 di Semarang"

Jenazah Perawat Positif Corona Ditolak, Publik Murka: Tangkap Provokatornya
Video yang menunjukkan penolakan jenazah perawat RSUP dr Kariadi Semarang yang meninggal karena virus corona covid-19 viral di media sosial.

Rencananya, jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Siwarak, lingkungan Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat.
Sumber:

Sumber: Jenazah Perawat Positif Corona Ditolak, Publik Murka: Tangkap Provokatornya

"Bahkan sudah dilakukan penggalian makam. Entah dari mana, tiba-tiba ada penolakan oleh sekelompok masyarakat. Padahal informasi awal dari RT setempat sudah tidak ada masalah,” kata Alexander saat dihubungi, Kamis (9/4/2020). Akibat adanya penolakan itu, terpaksa rencana pemakaman jenazah perawat positif corona tersebut dipindahkan.

Sumber: Duduk Perkara Pemakaman Perawat di Semarang Ditolak Warga, PPNI Turun Tangan hingga Ketua RT Minta Maaf

"Ada penolakan betul, jadi memang ada segelintir warga yang tidak tahu persoalannya mungkin stigmanya berlebihan, kekhawatiran tinggi, panik, takut khawatir menular mungkin sehingga warga menolak," "Iya jadi akhirnya yang bersangkutan dimakamkan di makam keluarga dr Kariadi, pahlawan nasional yang namanya diabadikan di RS Kariadi,"

Sumber: Jenazah Perawat Positif Corona yang Ditolak Warga Akhirnya Tak Dikubur di TPU

Jenazah pasien positif corona di Kabupaten Banyumas tiga kali ditolak warga ketika hendak dimakamkan. Bahkan Bupati Banyumas Achmad Husein terlibat langsung di pembongkaran makam untuk memindahkan jenazah ke tempat pemakaman lain akibat penolakan itu. Selanjutnya, jenazah hendak di kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebondalem, Purwokerto Timur, namun ditolak warga sekitar makam. Kemudian dibawa ke TPU Des Kedungwringin, Kecamatan Patikraja. Namun penolakan warga kembali terjadi.

Sampai akhirnya dimakamkan di lahan milik Pemerintah Banyumas di wilayah terpencil di Tumiyang, Kecamatan Pekuncen, pada malam harinya. Namun lagi-lagi penolakan terjadi. Meski sudah terlanjur dimakamkan, warga tetap meminta jenazah dipindahkan, Rabu, 1 April 2020.

Sumber: Tiga Kali Jenazah Pasien Corona Ditolak Warga Banyumas 

"Iya betul, kemarin sempat ada penolakan jenazah untuk dikremasi dan warga yang melarang jenazah dari ambulans melintas lokasi krematorium di Kampung Cisapi, Kelurahan Gunung Gede, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya."

"Sampai dini hari tadi baru bisa dikremasi dan dikuburkan," j

Sumber: Ditolak Warga, Jenazah Positif Covid-19 Tertahan Seharian di Mobil Ambulans, Padahal Berbahaya

“Saya jadi tidak berani keluar halaman rumah. Orang-orang langsung takut,” sebutnya, kepada Suara NTB, Selasa, 31 Maret 2020. “Saya keluar kamar juga seperlunya saja. Seperti ke toilet. Apalagi sudah ada perintah untuk tidak bersentuhan dengan anggota keluarga dan orang lain. Makan juga harus pakai piring pribadi gak boleh dipakai sama keluarga yang lain,” ujarnya. “Kalau di depan rumah, warga yang lihat ada yang langsung panik."

Sumber: Kisah Gadis Berstatus ODP Menghadapi Stigma Masyarakat

Penulis: suhadi, guru sosiologi SMA Negeri1 Pamotan Rembang Jawa Tengah  

https://googleads.g.doubleclick.net/pagead/ads?ad_type=video&client=ca-video-pub-4968145218643279&videoad_start_delay=0&description_url=http%3A%2F%2Fwww.google.com&max_ad_duration=40000&adtest=on

17 Responses to "Sebaran Data Stigma Sosial Selama Wabah COVID-19"

  1. nama : KHOIRUL FITRIYANI
    Kelas : 11 IPS 5
    Memang benar banyak sekali masalah yang ditimbulkan dari bencana wabah ini. Dari mulai masalah yang meliputi perekonomian ataupun yang lainnya .dan bahkan banyak sekali muncul muncul stigma yang melekat di tengah wabah virus Corona ini.seharusnya stigma itu janganlah di biarkan berlarut-larut karena dapat membuat suatu masalah yang baru di tengah wabah virus ini.dari yang pernah saya baca ataupun saya menonton di program televisi banyak sekali stigma masyarakat yang salah di tengah pandemi virus ini dari mulai menjauhi para tenaga medis, tidak memperbolehkan pemakaman bagi korban virus ini bahkan yang sudah sembuh dari virus ini pun harus dijauhi padahal sebenarnya hal ini salah dan perlu diakhiri sehingga kita ataupun pemerintah saat ini lebih fokus untuk membunuh ataupun memutus mata rantai Corona ini.dari apa yang saya baca di atas saya tidak setuju jika ada stigma stigma di tengah wabah ini. Contoh stigma menjauhi tenaga medis.seharusnya masyarakat itu mendukung dan mengayomi pihak-pihak atau tenaga medis bukan malah menjauhi ataupun mengusirnya karena mereka telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan nyawa orang lain nya. Dan bagi masyarakat yang wilayahnya digunakan ataupun memang dekat daerah pemakaman bagi korban korona ini harus di beri penjelasan ataupun pengetahuan bahwa orang yang meninggal ini sudah telah memenuhi SOP pemakaman karena sebelum dimasukkan peti korban yang telah meninggal itu terlebih dahulu dibungkus pakai plastik se tidak akan menularkan virus ini. Memang virus ini perlu kita hati-hati dengannya tetapi perlu digarisbawahi janganlah menyampingkan kemanusiaan di tengah wabah ini. Karena sesungguhnya kemanusiaan dan kerjasama lah yang dapat menyelesaikan virus ini .dan bagi kita masyarakat Indonesia kita harus tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan dan tetap berpikir positif dan tidak memberikan stigma stigma yang buruk bagi orang yang lain.

    BalasHapus
  2. Setuju.Dan sejujurnya,stigma lebih berbahaya dari virus itu sendiri. Stigma adalah musuh yang paling berbahaya.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan agar masyarakat berhati-hati terhadap setiap istilah yang beredar. Seperti istilah "Virus Wuhan", "Virus Cina", "Virus Asia," atau istilah lain yang menunjukkan identitas tertentu. Istilah-istilah tersebut bisa menimbulkan arti dan stigma negatif terhadap orang-orang tertentu.Selain itu, menurut penjelasan WHO, stigma bisa menimbulkan stereotip dan asumsi. Stereotip ini bisa memperluas ketakutan dan merendahkan seseorang yang telah terpapar virus corona. Pada tingkat yang lebih parah, stigma bisa membuat seseorang menghindari pertolongan, pemeriksaan, pengujian, ataupun karantina.Menurut analisis WHO, masyarakat bisa memberikan stigma terkait dengan COVID-19 sebab corona adalah penyakit baru yang masih belum diketahui. Sementara, masyarakat acap kali takut akan sesuatu yang belum diketahui. Masyarakat juga mudah mengasosiasikan ketakutan tersebut dengan hal lain.
    Agar kita tidak mudah memberi stigma

    1 Gunakan fakta
    Stigma bisa menyebar karena pengetahuan yang rendah mengenai corona. Sebarkan fakta mengenai cara penularan, cara mencegah dan cara mengatasi corona. Termasuk opsi perawatan dan informasi kesehatan yang bisa diakses dengan mudah oleh masyarakat, seperti melalui sosial media.
    2.Dengarkan tokoh masyarakat yang bisa mengarahkan. Seperti memberi dukungan atau memberi pesan untuk tidak melakukan pembiaran stigma sesuai dengan keadaan geografis dan budaya setempat.
    3.Perkuat suara dan cerita mengenai orang-orang yang telah sembuh dari corona. Tindakan ini juga turut mengapresiasi para petugas kesehatan yang telah berjuang.
    4.Pastikan bahwa gambaran tentang corona berbeda dengan etnis tertentu. Dengan kata lain, format penggambaran harus netral dan tidak menunjuk etnis tertentu.
    5.Perhatikan etika jurnalisme. Laporan berita yang hanya fokus pada perilaku seseorang yang telalh terdeteksi virus malah akan menambah stigma. Beberapa media juga pernah berspekulasi tentang sumber COVID-1 untuk menelusuri pasien pertama di sebuah negara.
    6.Bentuk kelompok atau aliansi untuk membuat gerakan melawan stigma. Lingkungan yang positif menunjukkan kepedulian dan empati untuk seluruh kalangan.

    BalasHapus
  3. Pandemi COVID-19 muncul bersamaan dengan stigma sosial di tengah masyarakat. Namun, hal ini dapat dicegah dan ditangani bersama oleh individu maupun pihak-pihak terkait.
    Di tengah wabah COVID-19, muncul satu fenomena sosial yang berpotensi memperparah situasi, yakni stigma sosial atau asosiasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tertentu. Mereka diberikan label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami pelecehan status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.

    Sebagai penyakit baru, banyak yang belum diketahui tentang pandemi COVID19. Terlebih manusia cenderung takut pada sesuatu yang belum diketahui dan lebih mudah menghubungkan rasa takut pada “kelompok yang berbeda/lain”. Inilah yang menyebabkan munculnya stigma sosial dan diskriminasi terhadap etnis tertentu dan juga orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini.

    Perasaan bingung, cemas, dan takut yang kita rasakan dapat dipahami, tapi bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, perawat, keluarga, ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip dengan COVID-19. Jika terus terpelihara di masyarakat, stigma sosial dapat membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya supaya tidak didiskriminasi, mencegah mereka mencari bantuan kesehatan dengan segera, dan membuat mereka tidak menjalankan perilaku hidup yang sehat.

    Daripada menunjukkan stigma sosial, alangkah lebih bijak jika kita berkontribusi secara sosial, yaitu dengan: 1) membangun rasa percaya pada layanan dan saran kesehatan yang bisa diandalkan; 2) menunjukkan empati terhadap mereka yang terdampak; 3) memahami wabah itu sendiri; dan, 4) melakukan upaya yang praktis dan efektif sehingga orang bisa menjaga keselamatan diri dan orang yang mereka cintai.

    BalasHapus
  4. Sebelumnya saya nggak tau apa itu stigma. Setelah saya cari tau stigma adalah Ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya.
    Stigma tersebut lebih mengarah pada pandangan negatif masyarakat tentang adanya virus Corona atau COVID-19. Dengan Adanya virus Corona ini membawa dampak positif maupun negatif bagi masyarakat. Dari uraian diatas itu merupakan contoh dampak negatif masyarakat. Saya tidak setuju dengan sikap Masyarakat yg menolak penguburan jenazah pasien corona, menolak kepulangan paramedis, mengkucilkan para medis dilingkungan sekitar dsbg. Menurut saya itu merupakan hal yg kurang baik dan tidak sewajarnya dilakukan. Ya Mungkin mereka beranggapan jenazah dan paramedis yg pulang kekampung halaman akan membawa virus sehingga masyrakat takut jika tertular virus tersebut. Seharusnya kita sebagai warga yg baik kita harus mendukung, memberi semangat, motifasi agar paramedis dan juga pasien Corona bisa pulang dan membawa kabar baik bagi keluarganya.
    Cara untuk mengurangi stigma tersebut sebaiknya kita:
    -Mengajak masyarakat khususnya anggota keluarga terdekat kita untuk selalu mengikuti arahan perilaku pencegahan penyebaran virus, seperti mencuci tangan dengan sabun; menjaga jarak (social distancing), dan mengurangi aktivitas di luar rumah.
    -Memberikan pemahaman yang mudah dimengerti tentang bahaya virus bagi kesehatan.
    -Menjelaskan gejala-gejala penyebaran virus.
    -Melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki peran dan status penting agar arahan lebih ditanggapi. Dan
    Hal yang paling penting adalah memulai perilaku pencegahan dari diri sendiri, karena edukasi yang terbaik bagi masyarakat adalah memberikan contoh oleh diri kita sendiri.
    Dengan semakin banyaknya orang yang memberi contoh, stigma dapat berkurang dan berubah menjadi kewaspadaan.
    Itu tadi dampak negatif, sekarang dampak positifnya;
    1.dengan adanya stigma Corona, masyrakat akan lebih sering membiasakan untuk menjaga kebersihan, cuci tangan dan mengkonsumsi makanan yg bagus untuk menjaga imun tubuh dan lebih memilik waktu luang bersama keluarga karna adanya lock-down.

    BalasHapus
  5. Saya sangat setuju dengan adanya informasi ini kita bisa lebih cerdas dalam mengolah data di media sosial karena Stigma sosial bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang COVID-19 (bagaimana penyakit ditularkan dan diobati, dan cara mencegah infeksi). Yang paling penting untuk dilakukan adalah penyebaran informasi yang akurat dan sesuai dengan komunitas tentang daerah yang terkena, kerentanan individu dan kelompok terhadap COVID-19, opsi perawatan, dan di mana masyarakat dapat mengakses perawatan dan informasi kesehatan. Gunakan bahasa sederhana dan hindari istilah klinis.

    Para jurnalis hendaknya menerapkan jurnalisme beretika. Pelaporan jurnalistik yang terlalu fokus pada tanggung jawab pasien karena mengidap dan “menyebarkan COVID-19” dapat memperburuk stigma. Sebagai gantinya, media massa bisa mempromosikan konten seputar praktik pencegahan infeksi dasar, gejala COVID-19, dan kapan harus mencari perawatan kesehatan. Hal ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan dan bukannya menebar kepanikan yang tidak perlu. Selain itu, untuk meredam kegelisahan sosial, jurnalis juga dapat meliput orang-orang yang telah pulih dari COVID-19 serta para “pahlawan” untuk menghormati tenaga kesehatan dan komunitas relawan yang berperan baik.
    Mencegah dan menghentikan stigma di sekitar kita tidak sulit bila semua pihak bersatu padu dalam berkomitmen untuk tidak menyebarkan prasangka dan kebencian pada kelompok tertentu yang terkait dengan COVID-19. Mari saling jaga.

    BalasHapus
  6. Epriwina Gini Nurrahma14 April, 2020 12:25

    Setuju,Hal itu disebabkan karena masih banyak pasien yang terinfeksi virus corona sehingga masyarakat membutuhkan informasi untuk memuaskan keingintahuan mereka seputar COVID-19.
    Tidak heran jika para masyarakat tidak menyaring berita yang didapat sehingga tidak tahu mana yang hoak dan mana yang fact. Apalagi, penyebaran virus corona yang relatif cepat dan mudah diyakini membuat masyarakat kaget.
    Situasi ini menimbulkan berbagai stigma negatif di kalangan masyarakat hingga menimbulkan dampak sosial.

    Dampak sosial yang terjadi, seperti muncul diskriminasi terhadap pasien dan keluarga pasien. Itulah mengapa, kita sebaiknya menghindari pernyataan atau narasi yang bisa memberikan stigma pada orang tertentu.

    Nah agar kita terhindar dari stigma buruk atau negatif mengenai virus covid-19 yaitu

    1. Menggunakan Nama yang Benar

    Dalam penyebutan diusahakan memakai nama yang benar, yakni COVID-19 (Corona Virus Disease 19) yang disebabkan virus SARS-CoV-2.

    2. Jangan Menyebut Pasien dengan Korban

    Menyebut orang yang terkena COVID-19 dengan pasien. Hindari menggunakan istilah 'korban corona' atau penderita.

    Jadi, bisa memakai bahasa yang halus seperti orang yang mungkin/diduga terkena COVID-19.

    3. Tidak Menghakimi

    Tidak menghakimi seseorang sebagai 'penyebab' atau 'penyebar'. Hindari penggunaan istilah tersebut karena menyiratkan penularan secara sengaja.

    4. Berikan Semangat kepada Pasien

    Jika mengetahui ada orang yang terkena COVID-19, sebisa mungkin memberikan semangat dan dukungan kepada pasien serta keluarganya.

    5. Berikan Penghargaan Petugas Kesehatan

    Saat ini, tenaga medis menjadi garda terdepan memberantas virus corona penyebab COVID-19. Maka dari itu, apresiasi setinggi-tingginya perlu diberikan kepada tenaga kesehatan.
    6. Tidak Menyebarkan Berita Bohong

    Jangan menyebarkan berita tidak jelas, kabar bohong atau hoaks mengenai COVID-19.

    7. Cari Informasi Terpercaya

    Banyaknya informasi mengenai virus corona membuat setiap orang harus berhati-hati dan bisa menyaring kabar yang ada. Jadi, carilah informasi tentang virus corona dari sumber yang terpercaya seperti WHO atau Kemenkes.

    8. Sebarkan Berita Positif

    Untuk mengatasi kepanikan, sebisa mungkin menyebarkan berita positif, seperti kesembuhan pasien cara pencegahan, dan lain sebagainya. Jadi, jangan memberi kabar yang justru membuat publik takut atau panik.

    BalasHapus
  7. Nama :puput hanifah

    kurang setuju
    sebelumnya saya sedikit kurang memahami tentang penjelasan sigtima
    tatapi Sebaran data stigma sosial selama wabah virus covid-19 ini diolah berdasarkan cuplikan ragam berita.
    Bentuk perlakukan stigma sosial tersebut diantaranya pelecehan dan kekerasan seksual, pengusiran dan pengucilan paramedis dan ODP-PDP, dan penolakan jezanah korban covid-19. Ketiga, stigma sosial wabah covid-19 telah berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Bentuk pengaruh tersebut adalah pengucilan desa dan sabotase produk-produk dari desa yang anggota masyarakatnya terkena wabah covid-19.
    Hal ini disebabkan salah satunya adanya suara yg anggapan salah satu rakyat yg salah dan dapat menimbulkan adanya gejolak konflik kecil seperti kabar palsu atau hoaks dan kabar atau berita mana yg benar jadi kita harus mengetahui dengan benar sebelum melakukan berapa usulan atau tindakan.
    tetapi, menurut saya dari beberapa kutipan tersebut ada benarnya tapi tak seharusnya masyarakat melakukan penolakan dg fisik atau kekerasan tanpa berfikir tentang sikap solidaritas kepada korban dari covid tersebut.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Pendapat saya, saya kurang setuju tentang stigma sosial wabah covid-19. Kewaspadaan kita terhadap covid-19 memang mulai terbentuk merupakan respon yang bagus. Tetapi kita juga tidak harus kebablasan dalam jaga jarak. Seperti mengucilkan orang ODP dan PDP, mengusir positif covid-19, bahkan perawat dan dokter yang menangani covid-19 dikucilkan dan diusir dari tempat kosnya, juga penolakan pemakaman jenazah diberbagai daerah. Stigma sosial tersebut akhirnya membawa dampak negatif bagi mereka. Misalnya, karena sikap masyarakat tersebut orang-orang yang memiliki gejala covid-19 enggan memeriksakan dirinya ke rumah sakit lantaran takut dikucilkan. Sehingga kita tidak tau apakah orang tersebut positif atau tidak. Bila positif itu akan menyebabkan penularan virus cepat terjadi dan menyulitkan untuk memutus rantai penyebarannya.
    Pengucilan dan pengusiran bagi para perawat atau dokter. Hal tersebut dapat berdampak terhadap psikis mereka yang terganggu dan menyebabkan stress bahkan ada yang hendak bunuh diri. Padahal mereka aslinya tidak terjangkit, tetapi mendapat perlakuan yang kurang mengenakan dari masyarakat. Seharusnya masyarakat memberi semangat kepada mereka karena telah rela berkorban dan terus berusaha memberi penanganan terbaik untuk menangani dan merawat korban covid-19 mengabaikan rasa lelah mereka.
    Penolakan pemakaman jenazah covid-19 diberbagai daerah. Masyarakat tidak perlu menolaknya. Karena bila korban telah meninggal maka virusnya pun ikut mati. Selain itu, terdapat prosedur SOP standart penanganan jenazah covid - 19 , secara khusus yang dilakukan pihak rumah sakit guna mencegah penularan virus , sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.

    Bila perlu masyarakat seharusnya ikut membantu memenuhi kebutuhan mereka yang terjangkit covid-19. Agar tidak terpaksa keluar rumah yang justru bisa memungkinkam terjadinya penularan virus. Masyarakat juga harus memberi dukungan psikis sebagai penyemangat kepada pihak yang menangani korban covid-19 untuk mengapresiasi kerja keras mereka.

    Ingat cukup jauhi penyakitnya bukan orangnya. Jarak fisik memang harus direnggangkan tapi ikatan sosial juga harus dirapatkan. Dan inilah saatnya solidaritas diperkuat.

    BalasHapus
  10. Saya tidak setuju dengan adanya stigma sosial dari wabah corona ( covid 19) karena dengan adanya stigma sosial dimasyarakat membuat berbagai pandangan orang yang menilai diri kita negatif, hal yang kita lakukan negatif sampai pemikiran kita negatif.kita boleh takut,cemas,khawatir dengan adanya wabah ini, tapi kita tidak harus memberikan pandangan negatif kepada seseorang yang tidak terkena atau terpapar virus corona yang mengakibatkan dampak sosial seperti muncul deskriminasi terhadap pasien dan keluarga pasien,pekerja migrasi,kemudian dokter dan perawat yang menangani pasien yang terkena corona,dll.Itulah mengapa, kita sebaiknya menghindari pernyataan atau narasi yang bisa memberikan stigma pada orang tertentu. Kita bisa mencegah adanya stigma negatif covid 19 dengan cara :
    1. Menggunakan Nama yang Benar
    Dalam penyebutan diusahakan memakai nama yang benar, yakni COVID-19 (Corona Virus Disease 19) yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
    2. Jangan Menyebut Pasien dengan Korban
    Menyebut orang yang terkena COVID-19 dengan pasien. Hindari menggunakan istilah 'korban corona' atau penderita.
    Jadi, bisa memakai bahasa yang halus seperti orang yang mungkin/diduga terkena COVID-19.
    3. Tidak Menghakimi
    Tidak menghakimi seseorang sebagai 'penyebab' atau 'penyebar'. Hindari penggunaan istilah tersebut karena menyiratkan penularan secara sengaja.
    4. Berikan Semangat kepada Pasien
    Jika mengetahui ada orang yang terkena COVID-19, sebisa mungkin memberikan semangat dan dukungan kepada pasien serta keluarganya.
    5. Berikan Penghargaan Petugas Kesehatan
    Saat ini, tenaga medis menjadi garda terdepan memberantas virus corona penyebab COVID-19. Maka dari itu, apresiasi setinggi-tingginya perlu diberikan kepada tenaga kesehatan.

    BalasHapus
  11. Rissahartanti11IPS5(26)
    Saya kurang setuju karna ditengah adanya pandemi covid-19 ini kita harus tetap saling support 1 sama lain dan tdk perlu memberitahukan berita yg tak semestinya / tdk sesuai dg fakta
    Salah satunya dgn adanya Stigma ini yg dapat membuat fisik sesorang menjadi down dan disaat inilah kondisi tubuh kita sangat rentan terkena penyakit salah satunya adlh virus ini,Dgn mengembalikan imun tubuh fisik kita dapat kembali normal dan tak mudah terkena penyakit salah satunya adalah perbanyak Minum Vit C dan juga rajin berolahraga.
    Disamping itu kita juga perlu refrershing otak agar dapat melawan kejenuhan namun tak perlu keluar rumah (Stay at Home)
    Misalnya:belajar memasak,bermain tik tok agar dapat mengurangi rasa stres yang ada dll.
    Karna disaat inilah kita harus tetap mengutamakan kepentingan pribadi drpd bersama agar kita semua dapat memutus mata rantai covid-19
    Tips untuk menghindari terjangkitnya Covid-19 :
    1.cuci tangan sesering mungkin setelah
    Setelah beraktivitas

    2.Hindari Khalayak ramai

    3.perbanyak berolahraga,minum vit.c
    Makan makanan yg sehat dan bergizi

    4.jika keluar rumah usahakan pakai
    Masker dan berjaga jarak min.1 meter

    5.perbanyak berdoa kpd Tuhan YME

    BalasHapus
  12. Sonia Diah Puji Lestari
    11 IPS 5
    32

    saya tidak setuju dengan adanya stigma sosial terhadap pasien positif Corona,karena stigma sosial, sebuah ciri negatif yang melekat pada seseorang kemudian ditolak keberadaannya di lingkungannya.Hal tersebut lebih berbahaya dibanding dengan virus Corona.
    Maka dari itu saya tau bagaimana cara menghilangkan sedikit demi sedikit stigma sosial tersebut.
    Memang tidak mudah menyingkirkan stigma yang telanjur melekat. Manusia cenderung melihat sisi buruknya saja. Tetapi ada beberapa cara, mengurangi stigma.

    📌Tunjukkan perubahan sikap sehari hari bahwa Anda telah berubah, tidak seperti yang mereka sangka.

    📌Bertingkah laku baik, sopan.

    📌Jangan pedulikan mereka yang bersikap sinis.

    📌Ungkapkan keinginan Anda ingin berubah pada teman atau orang sekitar Anda. Dengan demikian  mereka tahu bahwa Anda ingin berubah.

    📌Kalau karena cacat tubuh atau sakit penyakit, yakinkan bahwa ini bukan kehendak dirinya. Tidak ada manusia yang sempurna.

    📌Jangan dendam pada orang yang semula jahat pada Anda.

    📌Ikut kegiatan sosial seperti di lingkungan RT agar mereka melihat Anda sudah berubah.

    📌Biarkan saja mereka yang tetap tidak suka pada Anda. Tinggalkan saja. 

    BalasHapus
  13. -Saya setuju dengan stigma Corona rugikan warga seperti halnya di waru ,di dekat desa saya yaitu desa megal yang waktu itu viral karna ada warganya yang positif covid-19 desa megal jadi di kucilkan ,banyak pedagang yang rugi karna itu.
    ‌- untuk stigma yang kedua seharusnya tidak begitu ya karena tenaga medis seperti dokter dan perawat adalah pahlawan ia melawan virus korona di barisan terdepan ,mengapa harus di kucilkan seharusnya kita harus mendukung bukan malah menambah beban mereka sehingga mereka stres karna sikap Masyarakat terhadap mereka ,dan juga masyarakat yang baru odp dan PDP hanya menjaga jarak ,menjaga kebersihan dan kesehatan itu sudah cukup untuk mencegah penularan covid-19 tidak harus di kucilkan ,kita sebagai tetangga yang baik harus saling bersatu dengan cara menyemangati dan menguatkan antara satu dengan yang lain untuk melawan covid-19.
    ‌- seperti halnya stigma yang ke-3 masih bersangkutan dengan stigma nomor 2 kita tidak harus bereaksi berlebihan terhadap para imigran, kita hanya harus mengikuti aturan pemerintah dengan tetap di rumah , menjaga jarak(sosial distancing) dan menjaga kesehatan udah itu saja jadi kita tidak usah khawatir dengan itu mengikuti aturan adalah cara terbaik untuk mencegah covid-19.
    ‌- stigma yang ke 4 yaitu pelecehan dan kekerasan seksual pada saat diagnosa covid-19,ini sangat tidak baik ini sama saja melanggar Hak asasi manusia (HAM).
    ‌- stigma yang ke-5 sepertinya masyarakat terlalu takut akan covid-19 sehingga mereka melupakan bahwa odp itu orang dalam pantauan ,dan belum diketahui apakah mereka sudah terinfeksi atau tidak ,jadi kita jangan menjadi provokator atau kompor yang membuat Masyarakat menjadi cemas, sebaiknya jangan asal bicara sebelum mengetahui apa yang terjadi.
    ‌- untuk sigma yang ke 6 seharusnya jangan begitu ya ,dokter dan perawat sangat berjasa saat ini jadi tidak sepantasnya mereka di perlakukan seperti itu ,dan juga anak mereka tidak salah dan tidak tau apa" mengapa harus menjadi sasaran mereka? , Seharusnya warga tidak menyepelekan sebuah imbauan.
    ‌- saya tidak setuju dengan perilaku seperti pengusiran pada petugas medis kita seharusnya kepada pejuang perlawanan terhadapan virus covid-19 kita malah harus melayani dengan baik dan memberikan bantuan kepada petugas medis agar mereka tidak khawatir akan hidup mereka.
    ‌- penolakan pada petugas medis seharusnya tidak di lakukan tanpa imbauan dari pemerintah karena mungkin masyarakat salah paham karena kurang memahami tentang covid-19,seharusnya Masyarakat menunggu imbauan dari pemerintah.
    ‌- penolakan pada para medis yang merawat covid-19 seharusnya tidak di lakukan perawat itu juga manusia ia punya hak seperti yang saya katakan sebelumnya kita hanya harus mengikuti aturan jangan membuat aturan sendiri itu akan mengakibatkan ketidakadilan pada sebelah pihak.
    ‌- kepanikan warga terhadap covid-19 sangat tinggi sehingga banyak paramedis odp dan PDP di kucilkan dan di tolak di kampung atau desa mereka ,bahkan jenazah korban covid-19 pun di tolak ,,,ini sangat di sayangkan sih, padahal sudah di imbau bahwa jenazah yang di bungkus oleh plastik sesuai prosedur tidak akan menularkan covid-19 kecuali jika jenazah tersebut bersin atau batuk, seharusnya masyarakat mengetahui dan mendalami tentang covid-19.

    BalasHapus
  14. Stigma berarti ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya.
    Saya setuju dengan adanya informasi ini, karena kita bisa tahu dan berfikir bagaimana mengolah data di media sosial, contohnya stigma sosial bisa terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang Covid-19. Tidak heran jika masyarakat tidak menyaring berita yang didapat dari sumber manapun, sehingga tidak tahu antara yang fakta dan hoak. Apalagi penyebaran wabah Covid-19 yang cepat dan mudah diyakini membuat masyarakat panik. Nah keadaan itu yang membuat munculnya stigma sosial (negatif) dikalangan masyarakat sehingga timbul dampak sosial.
    Cara menghindari stigma sosial mengenai wabah covid-19 :
    1. Tidak menyebut orang yang terjangkit Covid-19 sebagai korban /penderita, tetapi sebagai pasien.
    2. Memberi dukungan bagi mereka yang tidak, baik pasien, dan keluarga pasien atau masyarakat sekitar.
    3. Memberi penghargaan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien Covid-19. Mereka adalah pahlawan dalam perang melawan wabah ini.
    4. Tidak membagikan gosip yang tidak jelas, kabar bohong terkait Covid-19
    5. Stigma muncul dari ketakutan. Ketakutan muncul dari ketidaktahuan. Jadi lawan dengan mencari informasi yang tepat dari sumber yang benar.
    Mencegah dan menghentikan stigma di sekitar kita mungkin tidak sulit, bila semua pihak bersatu padu dalam berkomitmen untuk tidak menyebarkan prasangka dan kebencian pada kelompok tertentu yang terkait dengan COVID-19. 

    BalasHapus
  15. Lailatul Maulidiyah Arrohmah

    Pandemi COVID-19 ini memang menimbulkan banyak sekali masalah,salah satunya muncul beberapa stigma sosial di tengah masyarakat.Namun hal ini dapat di cegah dan di tangani bersama oleh individu maupun pihak" terkait,stigma sendiri adalah berbagai pandangan orang yg menilai diri kita negatif.stigma dalam masalah ini lebih mengarah pada pandangan negatif tentang virus COVID-19.Pandemi corona ini sendiri membawa dampak positif serta negatif bagi kalangan masyarakat,namun penjelasan (uraian) diatas menjelaskan tentang dampak negatif masyarakat dari adanya virus ini.
    Saya tidak setuju dengan sikap masyarakat yg menolak dokter (tim medis) pulang, menolak jenazah korban corona, menolak pasien ODP yg sudah sembuh pulang, justru mereka malah mengucilkan mereka.Itu merupakan tindakan yang kurang baik dan tidak semestinya harus di lakukan oleh masyarakat, mereka beranggapan bahwa jenazah korban corona dan tim medis yang menanganinya yang pulang ke kampung halaman membawa virus ini, hal inilah yang menjadikan masyarakat takut tertular virus ini. Sebaiknya kita sebagai warga masyarakat yg baik dan taat kita harus mendukung, memotivasi, dan mendoakan para tim medis dan pasien yg terdampak virus tersebut agar cepat sembuh dan pulang dgn keadaan sehat.Cara untuk mengurangi stigma yg terjadi pada masalah tersbt:
    -menjelaskan/memberikan sosialisasi pada masyarakat sekitar tentang gejala penyebaran virus ini.
    -menerapkan serta sebisa mungkin mengajak warga sekitar dan anggota keluarga untuk selalu mencuci tangan,social distancing (jaga jarak),serta arahan" dari pemerintah.
    -memberikan gambaran yg mudah tentang virus ini agar masyarakat mudah mengerti.
    Dan yg paling penting pencegahan ini harus dimulai dari diri sendiri. Dengan banyaknya arahan maka stigma dapat berkurang. Itulah dampak negatifnya. Dampak positifnya adalah:
    -masyarakat akan lebih sering untuk menjaga kebersihan dan memakan makanan sehat serta bergizi, memiliki banyak waktu waktu luang untuk keluarga karena adanya sistem stay at home.

    BalasHapus
  16. Pandemi COVID-19 muncul bersamaan dengan stigma sosial di tengah masyarakat. Namun, hal ini dapat dicegah dan ditangani bersama oleh individu maupun pihak-pihak terkait.
    Di tengah wabah COVID-19, muncul satu fenomena sosial yang berpotensi memperparah situasi, yakni stigma sosial atau asosiasi negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang yang mengalami gejala atau menyandang penyakit tertentu. Mereka diberikan label, stereotip, didiskriminasi, diperlakukan berbeda, dan/atau mengalami pelecehan status karena terasosiasi dengan sebuah penyakit.

    Sebagai penyakit baru, banyak yang belum diketahui tentang pandemi COVID19. Terlebih manusia cenderung takut pada sesuatu yang belum diketahui dan lebih mudah menghubungkan rasa takut pada “kelompok yang berbeda/lain”. Inilah yang menyebabkan munculnya stigma sosial dan diskriminasi terhadap etnis tertentu dan juga orang yang dianggap mempunyai hubungan dengan virus ini.

    Perasaan bingung, cemas, dan takut yang kita rasakan dapat dipahami, tapi bukan berarti kita boleh berprasangka buruk pada penderita, perawat, keluarga, ataupun mereka yang tidak sakit tapi memiliki gejala yang mirip dengan COVID-19. Jika terus terpelihara di masyarakat, stigma sosial dapat membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya supaya tidak didiskriminasi, mencegah mereka mencari bantuan kesehatan dengan segera, dan membuat mereka tidak menjalankan perilaku hidup yang sehat.

    Daripada menunjukkan stigma sosial, alangkah lebih bijak jika kita berkontribusi secara sosial, yaitu dengan: 1) membangun rasa percaya pada layanan dan saran kesehatan yang bisa diandalkan; 2) menunjukkan empati terhadap mereka yang terdampak; 3) memahami wabah itu sendiri; dan, 4) melakukan upaya yang praktis dan efektif sehingga orang bisa menjaga keselamatan diri dan orang yang mereka cintai.

    Nama: Siti Nafidatul Maghfiroh
    Absen: 33
    Kelas: XI IPS1

    BalasHapus
  17. Arti kata stigma menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah:

    'Ciri negatif yang menempel pada pribadi seseorang karena pengaruh lingkungannya.

    Stigma dalam soal di atas lebih mengarah pada pandangan negatif masyarakat tentang adanya virus Corona atau COVID-19. Pandangan atau pikiran negatif ini yang seringkali menimbulkan sikap acuh, tidak percaya, tidak mengikuti arahan, dan bahkan cenderung abai terhadap aturan.

    Adanya stigma tentang COVID-19 dianggap sebagai bagian dari proses adaptasi pemahaman masyarakat awam tentang wabah yang sedang menyebar. Hal ini wajar dan sering terjadi pada fenomena yang 'tidak terbiasa' dialami oleh masyarakat.

    Sebagai pihak-pihak yang sudah teredukasi, untuk mengurangi stigma tersebut sebaiknya kita:

    Mengajak masyarakat khususnya anggota keluarga terdekat kita untuk selalu mengikuti arahan perilaku pencegahan penyebaran virus, seperti mencuci tangan dengan sabun; menjaga jarak (social distancing), dan mengurangi aktivitas di luar rumah.
    Memberikan pemahaman yang mudah dimengerti tentang bahaya virus bagi kesehatan.
    Menjelaskan gejala-gejala penyebaran virus.
    Melibatkan tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki peran dan status penting agar arahan lebih ditanggapi.

    Cara menghindari stigma sosial mengenai wabah covid-19 :
    1. Tidak menyebut orang yang terjangkit Covid-19 sebagai korban /penderita, tetapi sebagai pasien.
    2. Memberi dukungan bagi mereka yang tidak, baik pasien, dan keluarga pasien atau masyarakat sekitar.
    3. Memberi penghargaan kepada petugas kesehatan yang merawat pasien Covid-19. Mereka adalah pahlawan dalam perang melawan wabah ini.
    4. Stigma muncul dari ketakutan. Ketakutan muncul dari ketidaktahuan. Jadi lawan dengan mencari informasi yang tepat dari sumber yang benar
    5. Tidak Menyebarkan Berita Hoax/bohong.Jangan menyebarkan berita tidak jelas, kabar bohong atau hoaks mengenai COVID-19.

    Nama : Rani Afrianti
    Kelas :Xl IPS 2
    No.absen : 29

    BalasHapus

Iklan Bawah Artikel